Dari Pengecut untuk Bapak Presiden
Wahai Bapak Presiden yang
kakinya tak pernah ternodai.
Maafkan aku karena telah menjadi seorang pengecut. Pengecut
yang hanya diam melihat arti makmur sentosa yang ternyata hampa. Aku tidak
tahu, apakah Bapak pernah melihat semua kehampaan ini? Tapi aku melihatnya,
dengan mata kepalaku sendiri. Sebuah perjalanan kecil yang kulakukan membuatku
mengerti bagaimana susahnya hidup bagi rakyat kecil dan bagi mereka yang tahu
mana yang benar.
Wahai Bapak Presiden yang bajunya selalu wangi.
Mereka dengan susah payah menjalani hidup ini. Bahkan
mereka ditindas di negaranya sendiri. Mencari nafkah bagaikan hidup di sarang
harimau. Setiap kau melangkah, tanpa rasa iba, sang harimau dapat menerkam
tiba-tiba. Mencari nafkah bagaikan memilih antara dosa dan pahala. Mau yang
haram atau yang halal?
Wahai Bapak Presiden yang hidupnya selalu tercukupi.
Asal Bapak tahu, negrimu tidaklah makmur sentosa Pak!
Dari Pengecut untuk Bapak Presiden.
kayaknya gue ikutan bikin ini....
BalasHapuskayaknya iya
BalasHapus