Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Waktu Tlah Sampai

Pagi hari, saat Sang Saka mulai menyapa. Aku tersenyum terkantuk-kantuk. Berangkat ke sekolah. Suatu sore, saat senja berebut petang. Ombak lautan menyapu batas. Berputar ke arah kanan. Lalu berhenti di angka dua belas. Dini hari, saat gelap telah datang. Angin mendesau dari kejauhan. Mengantarkan embun ke arah Selatan. Aku ada disana. Menjadi buih yang berwarna biru. Dan aku pun ada disana. Sebagai butir embun yang merindu. Ketika denting jam berhenti, Riuh ombak mulai padam dan tiada lagi suara angin, Saatnya aku berbicara, Selamat Ulang Tahun, Kawanku. Selamat menikmati manisnya tujuh belas. Dan tetap semangat, bila suatu saat terasa pahit. Selamat Ulang Tahun, Sahabatku. Semoga kau menjadi semakin baik. Dan terkabul semua harapmu. Serta membanggakan kedua orang tuamu. Selamat Ulang Tahun, Semoga kau terus menjadi temanku. Maka aku akan mengucapkan selamat lagi tahun depan. Dan tahun-tahun depannya lagi. Semoga semakin dewasa di umurmu yang sekara

DI DALAM HATIKU - berantakan

Selamat pukul setengah sebelas malam. Dua hari menuju ulang tahunmu. Susah rasanya menahan debar dalam hatiku. Dan menahan perasaan yang meledak-ledak Tentu tak semudah yang kau pikirkan. Susah menahan rindu. Dan mencari-cari modus ingin bertemu. Terimakasih sudah mau jadi sasaran perasaanku. Karena susah sekali terjatuh untuk orang lain. Setelah aku terjatuh karenamu. Dua malam tahun baruku selalu merindukanmu. Dan semoga tahun depan masih begitu. Sehingga tiga tahun SMA-ku praktis disesakkan olehmu. Aku mohon maaf sekali karena aku tak bisa berhenti menulis. Mohon maaf karena tak bisa biasa saja. Ku harap kau mau memaafkanku. Aku sangat gugup duduk di depanmu. Bagaimana kamu yang satu bangku di belakangku? Aku tak pernah punya alasan untukmu. Aku tak pernah dapat menjawab pertanyaan orang-orang. Tapi aku juga heran, kenapa semuanya terlalu penasaran? Kawan, mungkin kau sudah tidur? Aku malu sempat menggunakan kata sayang di tulisan yang lalu. Walau itu

Rindu untuk Dirimu

Sayang, malam ini hujan. Dan kau sedang berlibur di daerah tanpa sinyal. Sayang, udara sangat dingin. Dan mungkin kau sedang berlindung dari hembusan angin. Hehehe, kau lagi apa sekarang? Aku rewel tak mengetahui kabarmu sejak tadi sore. Padahal aku sangat ingin dikirimi foto-foto. Meski katanya daerah pantai jarang hujan, Aku sangat penasaran, Apakah disana hujan? Dan apakah kau kedinginan? Cepatlah pulang dan balas pesan singkatku. Aku rindu, hehe. Aku bingung harus ngapain. Aku bosan menonton drakor dan ingin chatting sama kamu. Kau malam ini makan apa? Tidur dimana? Kalau mungkin disana tidak hujan, Hawa hangat dan langit kemerahan, Ku harap kau dapat tidur dengan nyaman. Ketika kau melihat kemilau cahaya di perairan. Bisik manja ombak lautan. Atau rayuan lembut angin malam. Ku harap kau sedang memikirkanku. Dan ketika bulan hampir jatuh. Lalu kau tertidur. Ku harap kau masih memikirkanku. Hehe. Aku ingin se

Apakah Itu Benar-benar Kamu?

Ini kisah tentang suatu sore, Ketika mendung menggantung di langit timur. Dan hujan turun dengan kakinya yang besar-besar. Sesaat kemudian, udara menjadi sangat dingin. Lalu kita mencoba untuk saling menghangatkan. Tiba-tiba lagi kau melepas pelukan. Dan aku terenyak menatap kau berlari menuju kejauhan. Angin mengajakku menari ke arah utara. Saat kau terus berlari sebaliknya. Bintang malam membisikkan mimpi-mimpi. Ketika bulan berdendang tentang perpisahan. Aku melangkah ditemani aroma mawar. Atau daun-daun kering di musim gugur. Bagaimana kabarmu di selatan? Pada langkahku yang ke-sekian ribu, saat petang datang. Burung camar hinggap di sebelah kiri tapakku. Dan cakarnya tenggelam di lumpur. Kau tahu apa yang dia katakan? Kicaunya bercerita tentangmu. Lalu bernyanyi merdu, katanya kau sudah punya yang baru. Bibirku membisu namun imajiku berangan-angan. Kakiku berjalan dan tanganku menggapai udara. Kosong. Dan ketika mataku terbuka pada hari yang ke-serib

Kenapa Selalu Jatuh?

Selamat Pagi, Selamat Hari Paskah, Dan Selamat Libur. Selamat Bangun Kesiangan. Pagi ketiga di bulan keempat. Lima belas pagi lagi menuju ulang tahunmu. Kau ingin kado apa? Sebenarnya aku sudah menyiapkan sesuatu. Dan tak sabar ingin segera menunjukkannya padamu. Tapi, kalau perasaan ini saja bisa ku tahan, berarti aku juga bisa menahan keinginanku. Iya, aku sedang menahan hatiku. Berusaha untuk tidak bercerita pada teman-teman. Dan menahan senyum saat menatapmu diantara banyak orang. Lalu juga mencoba untuk tidak terlalu berharap. Karena tak mau memendam sakit bila jatuh. Hubungan yang sembunyi-sembunyi saja sudah cukup. Ketika tak ada orang yang tahu jelasnya. Bahkan kita pun tak tahu bagaimana. Kenapa ya rasanya aku selalu merebutmu dari yang lain? Padahal aku tak bermaksud begitu. Tapi rasanya aku berdosa sekali. Dan kenapa aku selalu jatuh pada kamu? Aku heran. Jangan jangan kamu pakai bantuan dukun? Kamu juga selalu menangkapku. Lantas, bagaimana k