Waktu Tlah Sampai

Pagi hari, saat Sang Saka mulai menyapa.
Aku tersenyum terkantuk-kantuk.
Berangkat ke sekolah.

Suatu sore, saat senja berebut petang.
Ombak lautan menyapu batas.
Berputar ke arah kanan.
Lalu berhenti di angka dua belas.

Dini hari, saat gelap telah datang.
Angin mendesau dari kejauhan.
Mengantarkan embun ke arah Selatan.

Aku ada disana.
Menjadi buih yang berwarna biru.
Dan aku pun ada disana.
Sebagai butir embun yang merindu.

Ketika denting jam berhenti,
Riuh ombak mulai padam dan tiada lagi suara angin,
Saatnya aku berbicara,

Selamat Ulang Tahun, Kawanku.
Selamat menikmati manisnya tujuh belas.
Dan tetap semangat, bila suatu saat terasa pahit.

Selamat Ulang Tahun, Sahabatku.
Semoga kau menjadi semakin baik.
Dan terkabul semua harapmu.
Serta membanggakan kedua orang tuamu.

Selamat Ulang Tahun,
Semoga kau terus menjadi temanku.
Maka aku akan mengucapkan selamat lagi tahun depan.
Dan tahun-tahun depannya lagi.

Semoga semakin dewasa di umurmu yang sekarang.
Dan selamat mendapat KTP dan SIM.

Selamat karena ulang tahun dan mendapat banyak ucapan.
Semoga seluruh doa untukmu terkabulkan.


Sa, mungkin semua ini hanyalah tulisan.
Jadi, jangan terlalu dipedulikan.
Dan perasaanku, jangan terlalu kau pusingkan.

Aku senang bisa menjadi seperti sekarang.
Ku harap kau juga senang, dan merasa nyaman.

Terus seperti ini saja aku senang.
Karena maju rasanya terlalu menakutkan.

Sudah ya Sa,
Selamat melanjutkan tidurmu.
Sampai ketemu di sekolah.
Dan semoga umurmu panjang, biar kita selalu berjumpa.

Sekali lagi,
Selamat Ulang Tahun, yang ke-tujuh belas :)
Tetaplah menjadi temanku yang manis, ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peradaban Manusia Baru : Modernisasi Daun Kelor.

Selamat!

Maaf.