Setelah Seribu Menit Berlalu

Bagaimana perasaanmu ketika mendengarku hanya dari bangku penonton?
Bagaimana kau melihat sosokku dalam jarak itu?
Lalu bagaimana menurutmu pidatoku tadi?

Apakah kau menyoroti mataku?
Apakah kau mencermati bibirku?
Atau kau seolah tak ingin tahu?

Atau kau bahkan tidak mempedulikanku sama sekali?
Kalau begitu kita impas.

Aku juga tidak memperhatikanmu tadi.
Dan menganggapmu angin lalu.
Atau benarkah begitu?

Setelah sekian banyak yang terjadi dan seribu menit pun berlalu,
aku tidak tahu lagi bagaimana perasaanku padamu.
Apakah masih sama seperti dulu?

Dan sayangnya aku masih menuliskan sajak yang ala kadarnya ini,
untuk dirimu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peradaban Manusia Baru : Modernisasi Daun Kelor.

Selamat!

Maaf.