Peradaban Manusia Baru : Modernisasi Daun Kelor.

Pagi benar Bunda membangunkanku hari ini. Embun bahkan belum sirna karena matari pun belum muncul dari ufuknya sana. Aku sudah berjalan gontai menuju kamar mandi. Ku guyur tubuhku dengan segayung air yang terasa amat dingin pagi itu. Ku bersihkan tubuhku dengan sabun, lalu ku guyur lagi. Tak lupa rambut panjangku dicepol agar tidak basah.

Jam bahkan belum tepat menunjukkan pukul 5 pagi. Namun aku sudah siap dengan segala persiapanku. Ku teliti sekali lagi agar tiada satu pun yang tertinggal. Dan tepat saat Avanza Hitam itu berhenti di depan rumah, aku dan Bundanya dibawanya - berangkat menuju Surabaya.

Lebih kurang 4 jam perjalananku ditemani oleh mimpi, karena aku tertidur meski sesekali terjaga. Terjaga - lalu menoleh ke luar kaca, melihat sekitar. Dan karena kurang menarik perhatian, aku pun kembali pulas dalam mimpi-mimpiku.


Entah sebuah mimpi atau apa, mungkin hanya imajiku saja ya. Aku membayangkan betapa dulu perjalanan Jember-Surabaya ditempuh menggunakan minimal berkuda, bendi, atau maksimal kereta api. Dan butuh berjam-jam bahkan berhari-hari untuk mencapainya.

Itu di jaman apa, ah jaman lama. Jaman pertama-tama muncul kata modern dan banyak orang masih sibuk mencari-cari maknanya. Kata 'modern' kata baru yang belum ada pada kamus. Koran-koran menyebutkan pula kata tersebut pada sampulnya - 'modern' atau 'modernisasi' tapi belum lagi tepat mereka tafsirkan artinya. Titik balik era masa dulu menuju modernisasi yang barangkali baru terwujud akhir-akhir ini.

Evolusi - demikian bisa jadi. Proses perubahan, pembaharuan, juga perkembangan itu sendiri. Ya jamannya, bangsanya, orang-orangnya! Yang dulu ya masih kolot sekarang toh sudah pada gaul. Yang dulu sih masih dijajah sekarang kan sudah merdeka, iya?

Tidak.

Oh tidak?
Masih dijajah toh kita. Meski bukan lagi Eropa. Tapi modernisasi itu sendiri - tekhnologinya. Yang katanya bumi itu bulat sekarang bukan lagi bulat toh. Lingkaran saja, hanya berupa gambar dua dimensi di layar kaca. Yang katanya jarak Bumi ke Bulan itu sangat jauh, bukankah Neil Amstrong sudah menembusnya? Lalu mengantarkan kita pada modernisasi di bidang yang lain-lainnya?

Oh yang katanya Patung Liberty di Amerika sana setinggi 93m, sekarang kan muat masuk ke dalam layar 14inch?

Dan berhubungan dengan sanak jauh pun tak lagi menggunakan telepon berkabel. Lagi-lagi mengandalkan layar 14inch pun kita dapat.

Itukah namanya kita masih dijajah? Mungkin iya, mungkin tidak.

Ini toh titik balik baru, menuju peradaban baru, yang lebih efisien lagi. Yang dunia ini menjadi hanya sejengkal saja, bagai selembar daun kelor saja, iya?

Ya.

Ini Peradaban Manusia Baru : Modernisasi Daun Kelor.

Komentar

  1. Tulisanmu bagus wang, haha, meskipun sekarang sudah mulai lebih kecil dari daun kelor :D

    BalasHapus
  2. astagfirullah sem, ini post jaman kapan.
    aku telat juga baca komenmu, sudah 17hari berlalu. harusnya aku malu setiap ketemu kamu >,<

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat!

LEBARAN 1434 H