Maret-ku Tak Boleh Layu

Maret,
Ketika hujan sedang deras-derasnya.
Selalu datang bersama angin.
Menghalang mata untuk melihat indahnya senja.

Maret,
Ketika hawa menjadi sangat dingin.
Dan pagi hari yang begitu basah.
Sehingga kau harus ke sekolah dengan jaket rapat.

Maret,
Waktunya daun yang gugur bersemi kembali.
Yang malu-malu pada kuncup pertama.
Yang mekar karena tersiram cahaya.

Maret,
Saat rindu kembali menggebu.
Saat mataku kembali menatapmu.
Dan mengagumimu dengan pilu.

Maret,
Ketika perasaan itu muncul tanpa kata-kata.
Karena mata telah saling bicara.
Dan sungging senyum telah sama-sama mengaku.

Maret,
Perasaanmu dan aku tak kenal malu.
Diam-diam membisikkan kata rindu.
Dan segenap jiwa menyuarakan cinta.

Maret,
Dengan tanganmu kau berkata.
Langkah kakimu kemudian berbicara.
Dan aroma tubuhmu yang menyapa.

Maret,
Di pagi hari yang gelap.
Di sore hari yang gulita.
Apakah kau merindukan cinta?

Maret,
Tak lelahkah engkau bersemu malu-malu?
Dan menunduk lalu tersipu.
Atau pergi menjauh.

Maret,
Apakah perasaanmu sekuat itu?
Kuharap tidak karena aku membutuhkan bantuanmu.

Mari kita hilangkan perasaan ini dan mulai melangkah satu-satu.

Bantu aku melupakan kamu dan mulai menarik garis baru.

Ayo kita tiadakan perasaan yang memberatkan ini dan tetap berjalan berdua sebagai seorang teman.

Dan sepenuh hati kuharap, kau mau membantuku. Karena aku tak mau Maret-ku jadi layu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peradaban Manusia Baru : Modernisasi Daun Kelor.

Selamat!

LEBARAN 1434 H