Maaf.

Pertama, maaf karena selama ini aku kurang percaya. Maaf karena aku telat mengetahui kebenaran tentang perasaanmu padaku. Maaf, bila kau merasa diremehkan. Maaf.

Kedua, maaf karena sikapku yang salah, membuat perasaanmu berubah. Dan aku tak tahu kemana perasaan cinta itu hilang. Apakah terbang ke udara? Namun punyaku tak kunjung hilang.

Ketiga, maaf karena perasaanku tak habis-habis sejak dulu. Atau memang tidak ada habisnya.

Keempat, maaf aku terlalu memaksakan banyak hal sehingga sistemnya jadi tidak seimbang. Justru sekarang aku kehilangan semuanya yang membuatku semakin terpincang-pincang.

Dan apakah caraku mencintaimu adalah cara yang salah? Karena aku begitu yakin kau adalah orang yang tepat. Meski tak dapat lagi kusematkan kata sayang, namun rindu ini setiap malam ku terbangkan.

Dan apakah aku yang tidak menoleh? Sehingga aku berlari sendirian dan tak sadar kau tertinggal jauh di belakang?

Jika aku kembali dan mengajakmu berjalan lagi, apakah kamu sudah tidak sudi bersama-sama diriku? Dan apakah kamu ingin pergi sejauh-jauhnya dari aku?

Apakah aku tidak bisa memperbaiki kesalahanku? Karena hatiku terlalu kurang ajar untuk diajak berhenti. Aku tidak bisa berhenti. Karena hati ini menolak untuk itu.

Apakah kamu tidak ingin berjalan lagi bersamaku?

Kemanakah perasaanmu pergi? Apa dia tidak akan kembali?

Mengapa perasaanmu secepat itu habis? Apa tidak dapat terisi kembali?

Apa ini sudah cukup lama untuk kamu, sehingga telah habis waktu untuk kita berdua?

Lalu apa salah diriku yang menginginkan sedikit saja lebih lama?

Sayang, apakah kamu tidak ingin kembali?

Andai balikan bisa semudah itu.

Sayang.

Maafkan aku.

Ps:  Maaf kalau bersamaku rasanya terlalu berat dan merepotkan. Maaf karena meski sudah putus pun, aku nyatanya masih merepotkanmu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peradaban Manusia Baru : Modernisasi Daun Kelor.

Selamat!

LEBARAN 1434 H